Sebagaimana kita ketahui bersama kualitas
listrik di Indonesia pada umumnya dan di daerah saya pada khususnya tidaklah
cukup baik kalau tidak bisa dibilang buruk. Listrik hidup mati udah jadi menu
sehari-hari pada daerah tertentu. Belum lagi jika kita melihat dari kualitas
daya sebenarnya pada jaringan listrik kita. Untuk mengatasi hal tersebut
kebanyakan dari kita menggunakan UPS (Uninteruptible Power Supply) saat
mengoperasikan komputer. Ada juga sih teman saya yang mengartikan singkatan UPS sebagai Unit Penyimpan Setrum ....
Satu hal yang jarang diperhatikan oleh
para pemakai UPS adalah kapasitas daya “real” dari UPS. Saya sering mengamati
brosur maupun rincian spesifikasi yang diberikan oleh produsen UPS mengenai
produknya dan ada hal yang cukup janggal menurut saya.
Pemakai kebanyakan hanya menghitung
kapasitas daya UPS dari nilai Volt Ampere (VA) yang dicantumkan oleh produsen. Padahal
pada kebanyakan produk UPS tersebut nilai VA bukanlah kapasitas daya yang
sebenarnya. Sebagai contoh : UPS merk XXX mencantumkan daya sebesar 700 VA.
Nilai ini cukup besar menurut kita. Cukuplah buat satu set komputer berikut
Speaker dan Printer. Padahal jika kita cermati lebih lanjut spesifikasi yang
diberikan oleh produsen maka kapasitas daya yang sebenarnya hanyalah 350 W.
Jadi hanyalah separuh dari nila VA yang dicantumkan oleh produsen. Daya segini
sih sangatlah pas-pasan buat satu set komputer. Ini dengan catatan kalau memang
benar nilainya segitu. Bisa saja kan produsen mencantumkan angka di atas nilai
yang sebenarnya atau nilai tersebut hanya untuk kondisi tertentu saja.
Jika dihitung rata-rata satu unit
komputer pada saat start-up membutuhkan daya kurang lebih 150 – 200 watt untuk
komputer desktop dengan prosesor Intel Core i3 dengan monitor LCD 15,6 inchi.
Itu baru komputer aja. Printer jika printer biasa (non multi fungsi), saat
beroperasi kurang lebih sekitar 30 W. Kalau yang multi fungsi sekitar 40 – 50
W. Untuk speaker cempreng sih paling 5 W, kalau yang agak advanced ada yang 20
W. Kalo yang pake sub woofer besar dengan system 5.1 atau bahkan 7.1 bisa lebih
gede lagi.
Jadi rata-rata satu set komputer lengkap
dengan spek standar berikut speaker dan printer membutuhkan daya kurang lebih 250
– 300 W. Maka tidaklah heran kalau UPS 700 VA hanya mampu bertahan sekitar 10
menitan.
Menurut teman-teman saya yang berprofesi
teknisi listrik secara teori sebenarnya nilai Watt sama dengan Volt Ampere.
Jadi jika dari hitungan teorinya 700 VA itu sama dengan 700 Watt. Memang ada
istilah Power Factor atau Power Efficiency atau ada juga yang menyebutnya
Efficiency saja, tapi biasanya ada dikisaran 80% sampai 90%. Tapi ternyata
untuk dunia UPS berlaku hitungan sendiri. Nilai VA tidak berarti sama dengan
nilai Watt. Ada yang cuma setengahnya (50%) ada juga yang di atas 50%.
Tergantung dari merk nya.
So apa yang harus kita lakukan saat akan belanja
UPS?
1.
Hal yang terpenting menurut saya adalah hitung terlebih dahulu daya
yang diperlukan oleh komputer kita. Kebutuhan daya komputer sebenarnya secara
kasar dapat kita perhitungkan tanpa menggunakan peralatan khusus seperti volt
meter dan sejenisnya. Lihat spesifikasi komputer, jika speknya standar (tanpa
VGA card yang haus daya, harddisk dan DVDRW juga masing-masing cuma satu dan
kipas-kipas dalam casing hanya yang standar-standar saja serta monitor LCD atau
LED 15,6 inchi aja) maka perkiraannya ada di kisaran 200 -250 W saja saat
start-up. Jangan lupa tambahkan daya dari perangkat tambahan yang nantinya akan
kita hubungkan juga dengan UPS seperti Printer, Speaker dan lain-lain.
2.
perhatikan secara detail spesifikasi yang diberikan oleh produsen.
Jika dalam lembaran brosurnya tidak dicantumkan nilai Watt nya, cari info lebih
detail pada situs produsen UPS. Biasanya di situs produsen tercantum nilai Watt
yang sebenarnya dari masing-masing produk mereka. Setelah itu sesuaikan
nilainya dengan kebutuhan komputer kita. Jangan sampai UPS udah dibeli
mahal-mahal, pada saat listrik mati UPS nya ikutan K.O.
3.
Perhatikan juga fitur dari UPS tersebut, apakah UPS tersebut memiliki
fitur
a.
Automatic Voltage Regulator (AVR) atau tidak. AVR ini fungsinya untuk
mencegah lonjakan tegangan listrik secara tiba-tiba.
b.
Kalau bisa pilih juga UPS yang memiliki indikator kapasitas baterai
secara visual, agar kita lebih mudah memperkirakan kapan daya UPS tersebut akan
habis. Memang sih kebanyakan UPS setidaknya dilengkapi dengan alarm peringatan.
Saat daya nya akan habis maka alarm akan berbunyi semakin cepat. Tapi agak
sulit juga memperkirakan kapan daya akan habis jika hanya mendengar bunyi alarm
nya saja. Apalagi pernah saya temui UPS yang bunyi alarm nya kecil sekali,
kalau lingkungan sekitar komputer cukup bising, ndak bakal kedengaran dah bunyi
alarm nya.
c.
Terakhir kalau bisa pilih UPS yang dilengkapi dengan software
pengaturan untuk komputer, agar saat daya akan habis software dapat
memerintahkan komputer untuk shutdown secara otomatis tanpa perlu campur tangan
kita.
Sebenarnya sih ada lagi spesifikasi yang
harus kita perhatikan juga, yaitu transfer time. Transfer time ini maksudnya
waktu yang diperlukan oleh relay dalam UPS untuk beralih dari pasokan listrik
ke pasokan daya dari baterai. Hanya saja saya amati selama ini semua produsen
mencantumkan nilai yang hampir sama yaitu 5 – 10 ms (mili sekon). Agak sulit
juga bagi kita untuk menilainya sendiri apakah nilai tersebut benar atau tidak.
Makanya tidak saya ikut sertakan sebagai salah satu faktor penilaian karena
saya tidak tahu cara untuk membuktikannya.
Hope this is useful
Regards
Chandra
Mantap kang, thanks infonya.....
BalasHapusMantap bos..
BalasHapusIjin re-share, gan. Info yang sangat bermanfaat soalnya.
BalasHapusGan kalo ups sendiri butuh daya berapa dari listrik pln? Kira2 signifikan kenaikan pemakaian listriknya gak?
BalasHapus